Sunday 28 July 2019

Halal, Deal, Halal Berburu Oleh-oleh di Arab Saudi



Teuku Muttaqin Mansur-
Jamaah Umrah Backpacker KNPI Aceh dengan Katana Travel Banda Aceh-


CUACA kota Mekkah, Arab Saudi mulai beranjak naik hingga mencapai kisaran 33 sampai dengan 35 derajat celcius pada penghujung Februari 2019. Sementara di kota Medinah empat hari sebelumnya, keadaan cuaca lebih dingin, berkisar antara 12 hingga 15 derajat celcius. Ketika saya dan jamaah lain berada di Medinah, kami harus keluar shalat di Mesjid Nabawi dengan memakai jaket tebal, terutama pada malam hari. Jika tidak, maka siap-siapa dinginnya malam akan menusuk ke sum-sum tulang. Saya juga sering memperhatikan, petugas kebersihan masjid Nabawi yang berdiri kukuh di sepanjang sudut pelataran masjid juga memakai jaket tebal, bahkan ada yang melilitkan kain di leher dan menutup muka mereka untuk menahan sejuknya cuaca kala itu.

Toko-toko pakaian, warung makanan dan souvenir khas Arab Saudi di buka selama 24 jam. Namun istimewanya, ketika menjelang azan berkumandang, seluruh toko tutup dengan cara membentangkan kain melintang di depan pintu toko saja. 

Di dekat Mesjidil Haram, cukup banyak tersedia warung makan. Saya kagum, ketika melintasi warung-warung tersebut melihat hampir setiap warung itu membagikan makanan ringan, seperti, roti kebab dan satu botol orange juice kotak kepada jamaah yang melintas. Halal, shadaqah, kata penjual, sesekali terderngar para penjual memanggil dengan bahasa Indonesii. Indonesia! mari bapak, mari ibu, halal, shadaqah.  

Berburu belanja
Bersama Tgk Nas, Muthawif Katana Travel
Di sela-sela beribadah, hampir seluruh jamaah menyempatkan diri berbelanja, baik di kota Medinah maupun di kota Mekkah, tak terkecuali jamaah yang berasal dari Aceh. Murah-murah, mari lihat-lihat dulu, Indonesii (Red: Indonesia) panggil para penjual ‘merayu’ orang Indonesia untuk masuk dan berbelanja di tokonya. Apabila ada yang berbelanja, maka deal jual beli dengan kata 'halal' sering terdengar dari penjual. Halal, halal, halal, ini halal. kata penjual.  Kata halal ternyata menunjukkan kesepakatan bahwa barang yang di beli setuju di jual dengan deal harga tertentu yang disepakati.  

Sering didapati, di kedai-kedai yang menjual kurma, pembeli diberikan kesempatan mecicipi dari segala merek yang mereka jual secara gratis. Suatu ketika, ketika saya mendekat tumpukan kurma yang di jual, penjual mengucapkan 'halal, halal, silakan coba, halal'. Atau terkadang, ada juga jamaah yang mendekat memulai mengucapkan kata 'halal, halal', yang sejurus kemudian biasanya langsung mendapat balasan dari penjual dengan kata halal. Ini berarti, kurma sudah dapat dicicipi dengan gratis sepuasnya. 

Boleh belanja dengan rupiah
Bagi jamaah yang kebetulan kehabisan uang riyal, jangan kuatir apalagi panik, sebab para penjual di Arab Saudi menerima juga jual beli dengan alat tukar rupiah. Suatu hari, seorang teman dalam satu rombongan telah memilih empat potong baju untuk di beli, namun ia kehabisan uang riyal. Seratus
Bersama salah seorang penjual baju,
di Kota Medinah
lima puluh (150) riyal, tagih penjual. Riyal tidak ada, jawab teman saya. 

Rupiah boleh, Tanya teman. Rupiah tidak apa-apa, rupiah juga boleh, jawab si penjual dengan santai. Seluruhnya, 600 ribu rupiah, katanya lagi. Harga itu didapatkan setelah si penjual mengalikan dengan nilai tukar waktu itu. 

Teman saya tidak bergeming, tidak cukup uang, tidak ada uang 600 ribu rupiah, 500 ribu boleh, kata teman saya menawarkan. Akhirnya si penjual pasrah, 500 ribu rupiah, halal. Halal, deal, halal, transaksi jual beli pun terjadi.

Arab Saudi, selain tempat beribadah umat muslim se dunia, juga menjadi tempat perburuan oleh-oleh untuk di bawa pulang.  Dan Alhamdulillah, tidak perlu dikuatirkan, ketika sudah ada niat memenuhi panggilan Allah maka jalani saja terus. 

Penduduk Arab Saudi terutama di kota Medinah dan kota Mekkah akan menyambut dengan baik kedatangan tamu-tamu Allah dari Indonesia. Indonesia, disamping penduduk Islam terbesar  didunia, juga tercatat sebagai penunggu giliran berhaji terlama di dunia, karena faktor keterbatasan tempat menyebabkan penduduk harus bersabar hingga 10 sampai 15 tahun setelah mendaftar dan mendapatkan nomor porsi.
Wallahua’lam

Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar:

Mengenang 15 Tahun Tsunami; Wajah Ayah Selalu Membayang

Oleh:   Teuku Muttaqin Mansur (Anak salah seorang korban tsunami 26 Desember 2004) Ayah saya, Teuku Haji Mansur bin Muda Gade, l...