Saturday 14 January 2012

Penjara Dua Masa


By
Teuku Muttaqin Mansur

Ini bukanlah cerita hidup  ataupun  mati
Tidak juga hidup di bumi maupun di langit

Tetapi...
Ini adalah kisah satu manusia dengan dua kelakuan
Hidup benar dan salah dalam satu masa
Yakni hidup bermuka dua
Hidup penuh kemunafikan

Tahukah anda perumpamaan hidup yang demikian?
                                                                                                                                              
Ialah bagaikan satu  pisau bermata dua
Tak ubahnya seperti moncong LRT di Malysia

Dan sakitnya…
Wabah ini kerap mendera manusia berpangkat
Mereka yang sudah hidup dengan bergelimang harta

Tetapi…
Mereka tetap saja  seperti bunglon tak bermata
Hidupnya  ber-sorban, pakaiannya dari jas dan dasi  sutra
Shalat berjamaah, khotbah, ceramah di mana-mana
Bagi kita, mereka adalah ahli dari segala ahli
Ahli duniawi maupun  ukhrawi

Dan tahukah anda…
Mereka lakukan segala upaya, agar kehidupan, 
status sosial dan keluarganya kian mendunia

Tetapi…
Sebetulnya mereka sedang menebar kemunafikan dan memakan limpa rakyatnya
Karena mereka tahu persis, jikalau rakyatnya adalah orang-orang penakut 

Takut karena akan miskin
Takut akan diturunkan pangkatnya dan
Takut akan ditinggalkan oleh pejabat sangkilat itu

Maka lihatlah…
Dikala akhir dari semuanya
Kepura-puraan mereka teselemak ke muka kita
Karena Tuhan kita telah murka

Murka akan kemunafikan
Murka akan penindasan dan
Murka akan kebohongan mereka

Dan dikala aibnya di buka
Sakit merekapun mendera
Hingga jabatan mesti mereka tanggalkan sebelum masa
Harta kekayaannya yang dulu berlimpah sudah tak ada, karena dulunya berfoya-foya

Kini mata mereka mulai terpejam pelan
Seluruh tubuhnya lunglai tak berdaya
Lantunan kalimah Illahi, Lailahaillahlah Muhammadur Rasulullah sudah tak lagi bisa terdengar olehnya
Sampai mereka terpenjara di dua masa
Masa di alam Dunia dan masa  alam Baqa.

Bangi, Kuala Lumpur, 16 Oktober 2011


PUISI ini sudah pernah dipublikasi oleh koran Harian Serambi Indonesia edisi Minggu, 30 Oktober 2011. Meski demikian, ada beberapa bagian dalam puisi ini yang ditambahkan sebagai pelengkap dari publikasi tersebut.

http://aceh.tribunnews.com/2011/10/30/penjara-dua-masa

Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar:

Mengenang 15 Tahun Tsunami; Wajah Ayah Selalu Membayang

Oleh:   Teuku Muttaqin Mansur (Anak salah seorang korban tsunami 26 Desember 2004) Ayah saya, Teuku Haji Mansur bin Muda Gade, l...