Monday 24 April 2017

Kisah Seorang Dosen 6 Tahun Menanti Momongan

By
        Teuku Muttaqin Mansur

Cerita ini adalah cerita asli yang saya alami bersama isteri. Bisa dikatakan sebagai The Truth in Story (kisah nyata). Saya menulis ini bermaksud supaya sahabat-sahabat di luar sana yang belum dipercayakan oleh Allah Momongan (cahaya mata) untuk tetap semangat, optimis, Insya Allah, Allah akan mengamanahkannya pada waktu yang tepat. Kami, baru diamanahkan cahaya mata oleh Allah setelah lebih 6 tahun usia pernikahan. Berikut ceritanya.

MENIKAH

Saya menikah 20 Oktober 2007. 3 bulan setelah menikah, isteri memasuki 'masa telat'. Saya dan isteri sangat senang, karna yang dinanti2 dan merupakan salah satu tujuan dari suatu perkawinan 'keturunan' akan kami sambut dengan suka cita.

PERIKSA KE DOKTER

Namun ketika isteri saya melakukan tes urin dengan menggunakan alat tes *tespek* ternyata hasilnya nihil alias tidak menunjukkan positif hamil. Atas rekomendasi beberapa pihak kami mengunjungi dokter kandungan untuk memeriksa kepastiannya.

Singkat cerita, hasil pemeriksaan dokter ternyata sama dengan hasil tespek (negatif). Isteri di beri obat penetral menstruasi, dan tdk lama berselang, isteri kembali menstruasi.

Kali lainnya, isteri saya kembali 'telat', kami merasa bahagia dan senang. Namun setelah kembali ke dokter, hasilnya kembali Negatif. Selanjutnya dokter mengarahkan saya memeriksa ke laboratorium, jangan2 saya yang bermasalah.

Saya ikuti anjuran tersebut. Dan mengapa tidak, hampir setahun kami menikah buah hati yang kami idam2kan belum juga lahir ke dunia. Wal hasil, hasil pemeriksaan saya juga alhamdulillah tidak menunjukkan hal2 yang ganjil, artinya normal.

GONTA GANTI DOKTER

Kami terus berusaha, istri saya penuh semangat, apalagi tahun ke tahun berlalu. Teman2 yang menikah dalam waktu hampir bersamaan atau yang menikah kemudian setelah kami hampir semuanya sudah punya momongan, bahkan tidak satu, ada yang sudah dua atau tiga.

Banyak info di sana sini datang, terutama melalui isteri. Isteri sampaikan ke saya untuk ganti dokter. Saya ikuti saja, dari awalnya berkonsultasi dengan dokter perempuan, hingga ke beberapa dokter kandungan lelaki. Tujuan kami adalah berikhtiar. Sambil doa yang terus kami panjatkan kehadirat Allah SWT.

SAMBIL KE DOKTER, JUGA KE ALTERNATIF

Sambil terus berobat ke dokter, isteri juga ke pengobatan alternatif. Satu hal yang sebetulnya sangat bertentangan dengan hati nurani saya. Keinginanya saya fahami tentu atas masukan2 pihak luar yang menginginkan kami juga punya momongan. Tapi untuk membuat isteri tetap optimis, saya membiarkan isteri ke beberapa tempat, namun dapat dipastikan bukan ke dukun, tetapi ke beberapa Tgk untuk mengambil 'air rajah'. Tidak hanya yang dekat, hingga ke tempat yang jarak 30 Km dengan rmh, isteri saya dengan bersemangat pergi untuk memperoleh air *obat* itu. Saya sendiri tidak mau ikut, air yang di bawa pulang juga tidak mau saya minum, artinya air itu hanya untuk isteri saya.

Saya merasakan, betapa luar biasanya perjuangan isteri saya, yang kadang2 kita egois juga mengatakan ini itu.

NYAWA TIDAK DAPAT DI BELI

Pernah satu ketika, seseorang datang ke saya dan menanyakan mengapa sudah 4 tahun lebih menikah belum punya momongan. Pertanyaan ini sangat menohok, dan jika pertanyaan yang sama ditanyakan ke isteri saya, betapa ia akan sangat bersedih. Saya meladeni dengan datar, saya katakan, ^nyawa tidak bisa di beli, kalau bisa dan di jual dipasaran, maka tentu saya akan membelinya^. Jawaban tersebut saya rasa membuat yang bertanya mengerti.

STUDI KE MALAYSIA

 4 tahun setelah menikah saya melanjutkan studi ke Malaysia. Isteri juga saya ikutkan ke sana. Di Malaysia, kami juga coba berobat ke salah satu rumah sakit ternama. Saya kembali di periksa, hasilnya juga alhamdulillah normal, tidak ada yang bermasalah. INTINYA, SAYA DAN ISTRI SAYA SECARA ILMU MEDIS TDK BERMASALAH.

Kami yakin bahwa, Allah belum mengamanahkan momongan kepada kami. Kita boleh berharap, Allah yang punya rencana dan kuasa.

Beberapa waktu kemudian, sekitar akhir 2012, karna alasan ekonomi juga, terpaksa isteri menetap sementara di kampung.

TGK MEMBERI OBAT

Akhir tahun 2012, saya pulang kampung. Ada seorang Tgk Ngaji saya waktu SD hingga SMA ternyata sangat menaruh perhatian terkait keadaan kami yang memasuki tahun ke 5 menikah belum memperoleh momongan.

Tgk mengatakan, secara lahiriah, dan apa yang saya ceritakan kpd beliau bahwa hasil medis juga tidak bermasalah, maka seharusnya saya tidak mungkin tidak punya momongan. Keluarga saya Misalnya, ada 8 orang bersaudara, sementara isteri saya ada 7 orang bersaudara.

Dalam pembicaraan itu saya diberikan/dianjurkan hal2 berikut:

1. Memperbanyak doa, dimalam hari bermunajat kepada Allah Swt dengan penuh  
    keyakinan.
2. Berpuasa senin kamis.
3. Meminum obat. OBAT INI KHUSUS BAGI LELAKI Saja, yaitu:

     a) DAUN SIRIH BERURAT KEMBAR (Aceh, Oen Ranup Inong).
          Daun sirih ini ditandai dengan adanya urat/tulang daun bagian belakang yang
          berdempetan dengan tulang tengahnya.
      b) PINANG MUDA
      c) BAWANG PUTIH
          Caranya:
          Semua bahan di atas di campur dan ditumbuk atau di uleg. Kemudian Airnya di
           minum satu sendok teh,  1 hari sekali.

TETAP KONSUL DENGAN DOKTER

Selaku orang yang hidup di zaman ini, sambil menjalankan dan mempraktekkan anjuran Tgk, kami tetap konsul ke dokter.

KABAR BAHAGIA

SETELAH MEMPRAKTEKKAN ANJURAN TGK DAN ARAHAN DOKTER, ALHAMDULILLAH SAYA MENDAPATKAN KABAR GEMBIRA DARI ISTERI SAYA, BAHWA IA SUDAH POSITIF.

Singkat cerita, anak Perempuan kami lahir setelah 6 tahun kami berumah tangga, tepatnya 4 Februari 2014, yang kami berinama, Cut Zahida.

Dan alhamdulillah lagi, di usia anak kami beranjak 3,5 tahun kini Allah kembali karuniai kami.cahaya mata yang kedua.

Semoga bermanfaat.
Wallahu'alam bissawab..

BANDA ACEH, 22 APRIL 2017.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

1 komentar:

Rasyidin Abdul Latif said...

Allah maha kuasa atas segala rahmatnya.. Alhamdulillah, sungguh terispirasi bagi pembaca, semoga menjadi pelajara di setiap kesabaran.

Salam hangat, Johor, 04/02/2019.

D'Din & D'Vani

Mengenang 15 Tahun Tsunami; Wajah Ayah Selalu Membayang

Oleh:   Teuku Muttaqin Mansur (Anak salah seorang korban tsunami 26 Desember 2004) Ayah saya, Teuku Haji Mansur bin Muda Gade, l...